[Jumat, 30 Agustus 2019] Kementrian Pertanian melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) tentang Konsep Model Pemberdayaan P3A berbasis Sistem Informasi Kelembagaan Petani Pemakai Air. FGD bertempat di Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul sebagai lokasi pilot proyek penerapan sistem informasi kelembagaan P3A. Acara dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta Ir. Sasongko. Pada sambutan pengarahannya Direktur Irigasi Pertanian, Ir. Rahmanto, M.Sc., menyampaikan pentingnya institusi petani pemakai air. FGD ini diikuti oleh Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Pertanian Kabupaten Bantul, Sleman, Gunung Kidul, dan Kulon Progo, perwakilan GP3A di Kabupaten Bantul, serta penyuluh pertanian.
[Rabu, 24 Juli 2019] Komisi irigasi Kabupaten Bantul melaksanakan Sidang untuk membahas antisipasi musim kemarau bertempat di uang Rapat Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PUPKP) Bantul. Acara dipimpin oleh Kristanto K., ST., MT Kepala Seksi Pengelolaan Jringan Irigasi Dinas PUPKP.
Hadir dalam sidang komisi irigasi ini unsur pemerintah dari Dinas PUPKP, Dinas Pertanian, dan Bappeda Kabupaten Bantul serta dari unsur P3A yaitu Ketua GP3A dari Daerah Irigasi di Kabupaten Bantul. Sebagai Pembicara adalahAndri Sulistyo, STP dari Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (PUPESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dr. Murtiningrum dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Materi presentasi Dr. Murtiningrum dapat diunduh di sini.
Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah secara sembarangan memunculkan pencemaran di lingkungan pedesaan, termasuk di lahan sawah dan irigasi. Berdasarkan jenisnya, sampah plastik menjadi yang paling banyak ditemukan mencemari irigasi.
“Sampah plastik merupakan sampah yang paling tinggi ditemukan mencemari irigasi, mencapai lebih dari 52%,” tutur Dede Sulaeman saat mengikuti ujian terbuka program Doktor Ilmu Lingkungan, Kamis (16/5) di Auditorium Sekolah Pascasarjana UGM.
Pencemaran sampah pada irigasi, ujarnya, terjadi di berbagai daerah di Indonesia dan telah berlangsung cukup lama serta menyebabkan berbagai gangguan lingkungan. Meski demikian, menurutnya, belum ada penyelesaian yang berarti untuk persoalan tersebut.
Latar Belakang
Dalam pengelolaan irigasi, terdapat dua institusi yang berperan yaitu pemerintah dan petani. Pemerintah sesuai dengan kewenangannya mengelola jaringan utama sedangkan petani melalui Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) mengelola jaringan tersier.
[Selasa, 9 April 2019] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sleman menyelenggarakan Penyadaran Publik dengan Tema Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif.
Latar Belakang
Debit diartikan sebagai volume air yang melewati suatu penampang tiap satuan waktu. Pengukuran debit merupakan kegiatan yang penting dalam operasi irigasi karena debit menunjukkan kinerja pengelolaan irigasi seperti kecukupan, kemerataan, ketepatan waktu, dan sebagainya.
Di jaringan irigasi dengan saluran terbuka, pengukuran debit biasanya dilakukan dengan bangunan ukur. Bangunan ukur adalah bentuk bangunan tertentu di saluran terbuka untuk membuat aliran kritis sehingga setiap pembacaan tinggi muka air berkorelasi dengan debit tertentu.
Salah satu cara untuk mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia adalah dengan optimalisasi sumber daya lahan dan air. Irigasi adalah salah satu fokus optimalisasi sumberdaya air guna mendukung pencapaian ketahanan pangan. Untuk itu pemerintah Indonesia telah mengembangkan infrastruktur utama irigasi berupa waduk dan bendung dalam beberapa tahun terakhir.Pembangunan infrastruktur irigasi harus diikuti dengan pengembangan sumberdaya manusia sebagai strategi untuk meningkatkan layanan irigasi. Manusia adalah pengguna air sekaligus pengelola infrastruktur yang telah dibangun.
Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu penghasil kakao dengan perkebunan kakao berada di Kabupaten Kulon Progo (3577 ha) dan Gunung Kidul (1411 ha). Salah satu wilayah pengembangan tanaman kakao di Gunung Kidul adalah Desa Umbulrejo Kecamatan Ponjong. Tanaman kakao dikategorikan sebagai tanaman yang sensitif terhadap kekeringan karena kondisi defisit air akan lebih berpengaruh negatif terhadap hasil biji daripada pertumbuhan kakao. Oleh karena itu pengembangan tanaman kakao di Gunung Kidul dengan curah hujan relatif rendah diiringi dengan pengembangan irigasi pompa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan kebutuhan air tanaman dengan desain sistem irigasi serta mendesain sistem irigasi pompa untuk tanaman kopi di Desa Umbulrejo.
Pada tanggal 22 November 2018 Komisi Irigasi Kabupaten Sleman menyelenggarakan sidang keempat tahun 2018 bertempat di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (DPUPKP). Dalam sidang ini dibahas materi dari 3 narasumber, yaitu Ir. Bayudono, M.Sc tentang Irigasi Berkelanjutan, Dr. Murtiningrum tentang Pemberdayaan P3A dan Kepala Bidang Perikanan Sleman tentang Penggunaan Air Efektif untuk Perikanan. Sidang Komisi Irigasi Kabupaten Sleman dipimpin oleh Ir. Bandiyanto, Kepala Seksi Pembangunan dan Peningkatan Sumber Daya Air, mewakili Kepala DPUPKP yang bertindak sebagai sekretaris Komisi Irigasi. Berikut materi Pemberdayaan P3A yang disampaikan oelh Dr. Murtiningrum, dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Operasi dan Pemeliharaan (OP) merupakan bagian dari pilar irigasi. Dalam pelaksanaannya O&P dipengaruhi oleh pilar irigasi yang lain meliputi ketersediaan air, infrastruktur irigasi, manajerial kelembagaan, sumberdaya manusia dan pembiayaan. Adanya penurunan pada salah satu pilar akan mempengaruhi kinerja dari pilar lainnya. Tulisan ini bertujuan untuk menilai hubungan, mengukur dan menentukan model pengelolaan irigasi ditingkat irigasi tersier pada Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam pilar irigasi yang meliputi pengelolaan irigasi, institusi/kelembagaan dan sumber daya manusia serta pembiayaan. Studi kasus penelitian pada P3A Daerah Irigasi Kalibawang menggunakan kuesioner. Penilaian hubungan dan model pengelolaan irigasi dalam pilar irigasi menggunakan SEM LISREL. Berdasarkan analisis yang dilakukan hubungan kausalitas antar pilar irigasi menyimpulkan bahwa sumberdaya manusia memiliki hubungan yang signifikan terhadap manajerial kelembagaan dan pembiayaan, namun hubungan antara sumberdaya manusia dan pengelolaan irigasi tidak signifikan. Model pengukuran Manajerial Kelembagaan yaitu MK = 0,37 SDM (R2 = 0,13). Model pengukuran Pembiayaan yaitu PM = 0,30 MK + 0,37 SDM (R2 = 0,31). Model pengukuran pada pengelolaan P3A yaitu OP = 0,72 MK + 0,27 PM + 0,037 SDM (R2 =0,79), sehingga dapat diketahui bahwa variabel MK dan PM dapat menjelaskan kinerja OP sebanyak 79%, sedangkan 21% lainnya merupakan pengaruh dari faktor lain di luar lingkup penelitian ini. Strategi umum untuk peningkatan kinerja OP diprioritaskan dengan pemberdayaan peran sumberdaya manusia pada P3A.
Komentar Terbaru