Balai Wilayah Sungai Sumatera IV Batam (BWS S4 Batam) mengadakan Pemberdayaan dan Fasilitasi Kelembagaan Pengembangan Tata Guna Air (PTGA) Wilayah Sungai Kepulauan Riau pada tanggal 16-18 Oktober 2023. Pemberdayaan diikuti oleh petugas Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Perkumpulan Petani pemakai Air (P3A) dari kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Acara ini bertujuan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan lembaga pada pengelolaan sumber daya air.
Pada kesempatan ini, Dr. Murtiningrum, dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian UGM menyampaikan materi tentang teknologi tepat guna terkait irigasi dan kelembagaan dan administrasi P3A.
P3A
Sebagai salah satu narasumber pada acara FGD ini, Dr. Murtiningrum menyampaikan tentang model pemberdayaan P3A. Pemaparan meliputi profil P3A, lima pilar irigasi dengan manusia sebagai pusat, pemberdayaan P3A berdasarkan manajemen pengetahuan, serta metode evaluasi kinerja P3A termasuk indikator penilaian. Selengkapnya materi paparan dapat diunduh di sini.
Kontributor: Murtiningrum
Foto: Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul
Dalam pengelolaan irigasi, terdapat dua institusi yang berperan yaitu pemerintah dan petani. Pemerintah sesuai dengan kewenangannya mengelola jaringan utama sedangkan petani melalui Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) mengelola jaringan tersier.
Wilayah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban Jawa Timur yang berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo memanfaatkan air sungai melalui pompa untuk mengairi lahan pertanian. Pada umumnya pengelolaan irigasi tersier dilaksanakan oleh Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A), yang di Jawa Timur disebut Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA). Pengelolaan irigasi pompa di kedua wilayah tersebut masih menghadapi banyak kendala untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Masih diperlukan intervensi untuk meningkatkan kinerja tersier karena P3A masih menghadapi banyak kendala dalam pengelolaan air di lapangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh P3A irigasi pompa dan menentukan strategi untuk meningkatkan kinerjanya.
Kerangka Pikir
Irigasi merupakan input penting bagi produksi pertanian. Dalam penelitian ini, irigasi dipandang sebagai suatu sistem yang mempunyai lima pilar yaitu ketersediaan air, infrastruktur, pengelolaan irigasi, institusi, dan sumberdaya manusia sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut. Sistem irigasi akan menghasilkan air sebagai input bagi produksi pertanian yang selanjutnya berkontribusi pada kesejahteraan petani.
Kelima pilar irigasi ini menjadi bagi kinerja sistem irigasi sehingga menentukan tingkat layanan yang diterima P3A. Penelitian ini mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi P3A berdasarkan lima pilar irigasi dan merumuskan strategi pemecahan masalah untuk meningkatkan kinerja P3A.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode penjajagan cepat melalui focus group discussion (FGD). Identitas P3A dikumpulkan melalui isian singkat. Pendapat responden dikumpulkan menggunakan kertas metaplan secara tertulis untuk dikelompokkan dan didiskusikan bersama. Penggunaan metaplan menjamin semua responden mengeluarkan pendapat. Semua pendapat yang masuk dikelompokkan menurut lima pilar sistem irigasi.
Suasana pengumpulan data
Diskripsi Sampel
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban di daerah irigasi yang mengambil air dari Sungai Bengawan Solo dengan pompa. Sampel terdiri dari 9 P3A dari Kabupaten Bojonegoro dan 5 P3A dari Kabupaten Tuban. Tabel berikut menunjukkan karakteristik P3A sampel.
Karakteristik P3A Ideal
Karakteristik P3A ideal menurut menurut peserta FGD adalah pada tabel berikut. Menurut responden karakteristik P3A yang baik mencakup kriteria yang terkait dengan lima pilar irigasi.
Permasalahan
Permasalahan pengelolaan irigasi di Bojonegoro dan Tuban yang sepanjang Bengawan Solo terkait dengan debit air Bengawan Solo yang berfluktuasi, banjir di musim hujan dan turun drastic pada musim kemarau. Permasalah berikutnya terkait dengan penggunaan pompa yang tidak sepadan. Pompa, baik listrik maupun diesel, memerlukan energi yang besar untuk operasi maupun pemeliharaan. Hal ini diperparah ketidakmampuan P3A untuk memelihara pompa dengan sepadan. Tingginya biaya operasi pompa tidak diimbangi dengan pola tanam yang sepadan. Pola tanam padi terus menerus akan berakibat penurunan produksi di musim tanam ketiga karena kekurangan air dan munculnya hama penyakit tanaman.
Selengkapnya permasalahan irigasi menurut responden disajikan pada Tabel berikut.
Usulan Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang diusulkan oleh P3A pada tabel berikut masih bersifat setempat dan hanya menyelesaikan masalah sementara. P3A masih memerlukan peningkatan kapasitas untuk memahami sistem secara keseluruhan yang mempengaruhi kondisi wilayahnya.
Catatan Penutup
Pengambilan langsung dari sungai untuk irigai sebenarnya tidak dianjurkan. Pengelola Sungai Bengawan Solo perlu memperhitungkan kembali neraca air untuk seluruh sistem sungai.P Perhitungan ini digunakan sebagai dasar Batasan jumlah dan debit yang dapat diambil langsung dari sungai.
Ucapan terimakasih
Terimakasih disampaikan kepada TIRTA (The Tertiary Irrigation Technical Assistance) atas fasilitasi yang diberikan sehingga penelitian ini dapat berjalan. TIRTA merupakan bagian dari The Australia-Indonesia Partnership for Rural Economic Development (AIP-Rural) yang memberikan intervensi baik ketrampilan, permodalan, maupun peralatan kepada HIPPA pengelola irigasi pompa di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban.
Tim Peneliti
Peneliti: Murtiningrum, Sigit Supadmo Arif, Andri Prima Nugroho
Asisten: Mukhoirotul Khomsah, M. Aditya Bayu, Rohmad Basuki, Ganang Cahyo Seputro
Komentar Terbaru