Latar Belakang
Gelombang tinggi yang terjadi beberapa hari menyebabkan penumpukan pasir di muara Sungai Opak yang menyebabkan tersumbatnya muara sungai. Akibatnya air sungai membanjiri daerah sekitar muara Sungai Opak yaitu di lahan pertanian lahan pantai Samas yang sedang ditanami bawang merah, cabai, jagung, dan palawija lain. Laut pasang dan gelombang yang sangat tinggi dapat melompati sumbatan muara sungai dan ikut membanjiri lahan pertanian namun sulit teratus ke laut.
Setelah melalui upaya dari berbagai fihak, muara sungai dapat dibuka dan air banjir dapat diatus. Meskipun demikian, dikhawatirkan garam masih tertinggal di lahan pertanian. Tingginya kadar garam dapat meracuni tanaman yang berada di lahan pantai Samas. Oleh karena itu, suatu penelitian dilakukan untuk mengukur kadar garam dan menghitung air irigasi yang diperlukan untuk mencuci (leaching) garam dari daerah perakaran.
Tim peneliti Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) dibantu oleh tim peneliti dari University of Life Science and Natural Resources (BOKU) Austria meneliti kandungan garam yang tertinggal di lahan pertanian pasca banjir air payau. Pengambilan sampel tanah dipandu oleh petugas Operasi dan Pemeliharaan (OP) Daerah Irigasi Pijenan Kamijoro yang menguasai kondisi lapangan pada saat banjir. Pengukuran kadar garam ini diperlukan untuk menghitung jumlah air irigasi yang diperlukan untuk mencuci garam dari zona perakaran
Komunitas
Latar Belakang
Wilayah Kabupaten Bojonegoro dan Tuban Jawa Timur yang berada di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo memanfaatkan air sungai melalui pompa untuk mengairi lahan pertanian. Pada umumnya pengelolaan irigasi tersier dilaksanakan oleh Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A), yang di Jawa Timur disebut Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA). Pengelolaan irigasi pompa di kedua wilayah tersebut masih menghadapi banyak kendala untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Masih diperlukan intervensi untuk meningkatkan kinerja tersier karena P3A masih menghadapi banyak kendala dalam pengelolaan air di lapangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh P3A irigasi pompa dan menentukan strategi untuk meningkatkan kinerjanya.
Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) memberikan Bimbingan Teknis (Bintek) Operasi dan Pemeliharaan (OP) diberikan kepada petugas OP irigasi di wilayah Daerah Irigasi (DI) kewenangan DIY. Bintek dilaksanakan 2 angkatan masing-masing dilaksanakan tanggal 25-27 September 2018 dan 8-10 Oktober 2018. Materi bintek meliputi kelembagaan BPSDA, one map dan validasi, operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, aplikasi GPS, serta pengamanan jaringan irigasi dan penanganan darurat bencana.
Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Dr. Murtiningrum, menyampaikan materi tentang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Materi yang disampaikan meliputi pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi termasuk praktek pengisian blangko OP. Materi selengkapnya dapat diunduh di sini.
Metode pembelajaran yang digunakan menggunakan pendekatan pembelajaran untuk orang dewasa dengan kombinasi metode competitive learning, collaborative learning, case-based learning, dan ceramah. Beberapa games tentang sumberdaya air dan pengelolaan irigasi dapat membuat materi menjadi sederhana dan mudah dimengerti oleh petugas OP. Kasus yang digunakan diperoleh dari data masing-masing daerah irigasi yang dikelola sehingga peserta langsung mempraktekkan pengelolaan irigasi dengan data aktual, bukan dummy.
Siap Siaga Semangat, demikian moto petugas operasi dan pemeliharaan (OP) Daerah Irigasi (DI) Pijenan Kamijoro. DI Pijenan Kamijoro adalah DI kewenangan provinsi yang berada di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga petugas OP DI Pijenan Kamijoro berstatus tenaga harian lepas pada Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA), Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumberdaya Mineral, DIY.
Kabupaten Bantul adalah salah satu kabupaten yang bergantung pada pertanian. Pertanian menggunakan lahan sebesar 31% dari seluruh wilayah dan menyumbangkan proporsi PDRB tertinggi di Kabupaten Bantul yaitu 21,77%. Untuk menunjang pertanian, dibangun berbagai infrastruktur irigasi untuk memenuhi kebutuhan air untuk pertanian. Pembangunan infrastruktur irigasi memerlukan tidak akan berarti tanpa pengelolaan yang baik agar dapat memberikan suplai air irigasi dalam jumlah cukup dan tepat waktu secara efisien.
Pengetahuan dalam bidang irigasi khususnya dalam operasi dan pemeliharaan sudah diatur secara rigid dalam Peraturan Menteri PUPR No. 12/PRT/M/2015 dan digunakan sebagai acuan dalam operasi dan pemeliharaan irigasi. Dalam penerapannya, pengetahuan dalam implementasi di lapangan melibatkan pengetahuan yang tertulis (eksplisit) dan juga pengetahuan yang tidak tertulis (tacit). Pengetahuan tacit dan eksplisit melekat pada individu pelaku manajemen OP irigasi. Pengetahuan eksplisit, dalam wujud tertulis, lebih mudah untuk dibagi kepada individu lain, dibandingkan dengan pengetahuan tacit yang berupa ingatan tidak tertulis. Upaya untuk mengelola pengetahuan manajemen OP irigasi agar dapat berkelanjutan untuk masa depan perlu mempertimbangkan baik tacit maupun eksplisit.
Video dokumentasi praktikum irigasi semester gasal tahun akademik 2017/2018
Materi Pelatihan Petugas Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Tingkat Juru di Wilayah BBWS Serayu Opak yang diselenggarakan di Hotel LPP Garden 25-27 Oktober 2017
Materi disusun oleh: Prof. Dr. Sigit Supadmo Arif dan Dr. Murtiningrum
Materi boleh dibagikan dengan menyebutkan sumbernya
Video Lagu Gema CinOP (Gerakan Bersama Cinta Operasi dan Pemeliharaan Irigasi). Lagu Gema CinOP menggugah kesadaran untuk melaksanakan OP irigasi dengan baik
P3A TRIGUNA TIRTA, RUNNER UP P3A TERBAIK NASIONAL 2017
P3A Triguna Tirta merupakan pengelola petak tersier Sri Kayangan seluas 215 ha di Daerah Irigasi Kalibawang, yaitu di Desa Sri Kayangan Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. P3A Triguna Tirta mempunyai 5 blok tersier dengan anggota sebanyak 919 orang petani maupun penggarap. Seluruh anggota P3A cukup aktif dalam aktivitas P3A. Pertemuan rutin lapanan (tiap 35 hari) digelar setiap Malam Sabtu Pon sebagai media komunikasi dan koordinasi serta sinkronisasi program kegiatan P3A. Pertemuan ini juga merupakan wahana knowledge sharing antar anggota P3A.
Komentar Terbaru