Universitas Gadjah Mada Manajemen Irigasi
Teknik Pertanian & Biosistem
Universitas Gadjah Mada
  • Home
  • Tentang Kami
  • Prestasi
  • Publikasi
  • Komunitas (CoP)
  • Kontak Kami
  • Beranda
  • Pos oleh
Pos oleh :

tiningm

Penyusunan Pola Tanam dan Alokasi Air – Materi Sidang Komisi Irigasi Kabupaten Sleman

Institusi Friday, 30 August 2024

Senin, 26 Agustus 2024 diselenggarakan Sidang ke-2 Komisi Irigasi Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2024. Acara ini terselenggara di Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman (PUPKP) Sleman. Hadir dalam sidang ini adalah anggota komisi irigasi DIY yang berasal dari unsur pemerintah yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas PUPKP bidang Sumber Daya Air, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan serta anggota dari unsur non-pemerintah yaitu perwakilan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Daerah Irigasi Kewenangan Kabupten. Sidang dipimpin oleh Warjoyo, ST dari Dinas PUPKP yang mewakili sekretariat komisi irigasi. Pada sidang ini, Dr. Murtiningrum, dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) bertindak sebagai narasumber. 

Sidang Komisi Irigasi Kabupaten Sleman 2024

Sidang ke-2 Komisi Irigasi ini merupakan bagian penting dari siklus operasi irigasi yaitu penentuan pola tanam. Selanjutnya pola tanam yang dibuat pada sidang komisi irigasi akan disahkan melalui SK Bupati sehingga berkekuatan hukum. Selama ini, pola tanam di Kabupaten Sleman dilaksanakan berdasarkan kesepakatan sehingga sidang ini merupakan langkah penting bagi pengelolaan irigasi. Sebagai pengantar penyusunan pola tanam Dr Murtiningrum menyampaikan paparan berjudul “Penyusunan Pola Tanam dan Alokasi Air” (materi dapat diunduh di sini). Materi dimulai dengan pengertian dan ruang lingkup operasi irigasi dilanjutkan dengan prosedur penyusunan pola tanam dan ditutup dengan pemaparan neraca air 18 Daerah Irigasi sebagai evaluasi pola tanam yang sudah dilaksanakan dan akan menjadi dasar pola tanam selanjutnya.

Di Sleman terdapat beberapa pola tanam yang biasa diterapkan antara lain 

  • padi – padi – padi 
  • padi – padi – palawija
  • padi – palawija – padi 
  • padi – sayur – sayur
  • tebu 
  • salak 
  • kolam ikan 

Dr. Murtiningrum menyampaikan bahwa pola tanam yang telah diterapkan umumnya menghasilkan neraca air positif atau tidak terprediksi kekurangan air. Kebiasaan yang telah berlangsung lama dengan penyesuaian terhadap kondisi alamiah seperti tanah, iklim, dan sumberdaya air menghasilkan praktik pola tanam tanpa defisit air yang berarti. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan air yang cukup serta topografi yang memungkinkan penggunaan air secara reuse sehingga secara keseluruhan efisiensi penggunaan air tinggi. Oleh karena itu, secara umum pola tanam yang selama ini diterapkan dapat diusulkan sebagai SK Bupati Sleman tentang pola tanam. 

 

Pendampingan Pengisian Blangko Operasi dan Pemeliharaan DI Karang Talun dan DI Tuk Kuning

InstitusiPengelolaan Tuesday, 27 August 2024

Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS SO) melalui bidang Operassi dan Pemeliharaan (O&P) melaksanakan pekerjaan Pemantauan dan Evaluasi Pengisian Blangko O&P di Daerah Irigasi (DI) di wilayah BBWS SO yaitu DI Karang Talun dan DI Tuk Kuning pada tanggal 22-23 Agustus 2024. Tujuan dilaksanakannya acara ini adalah untuk mengoptimalkan fungsi jaringan irigasi di wilayah BBWS SO. Acara yang dilaksanakan di kawasan Bendung Karang Talun, di Desa Karang Talun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang ini dibuka dibuka oleh Pejabat Pembuat Komitmen Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air I yaitu Bapak Tri Joko Saptono, S.Si., MT.

Pembukaan Acara


Pada acara tersebut, Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) FTP UGM Dr. Murtiningrum menjadi narasumber. Dr. Murtiningrum menyampaikan materi “Tatacara Pengisian Blangko Operasi Irigasi dan Buku Catatan Pemliharaan”. Peserta pelatihan yang terdiri dari 32 orang Petugas OP DI Karang Talun dan DI Tuk Kuning mengikuti paparan, diskusi, praktek, dan games. Dengan kombinasi dari berbagai metode ini, diharapkan peserta pelatihan memperoleh peningkatan pemahaman, pengetahuan, sekaligus ketrampilan dalam melaksanakan tugasnya mengelola DI Karang Talun dan DI Tuk Kuning. DI Karang Talun mengairi lahan pertanian seluas 5159 ha dan memberikan suplesi pada 16 anak sungai melalui DI Van der Wicjk dan DI Mataram sedangkan DI Tuk Kuning mengairi lahan pertanian seluas 264 ha. Kedua DI mempunyai oncoran lintas provinsi, yaitu DI Karang Talun mengairi lahan di Kabupaten Magelang Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman dan Bantul DIY sedangkan DI Tuk Kuning mengairi lahan di Kabupaten Sleman DIY dan Kabupaten Klaten DIY. Dengan penigkatan kemampuan petugas OP kedua DI diharapkan pengelolaan sistem irigasi lebih baik untuk memberikan layanan irigasi bagi peningkatan produksi pertanian untuk mendukung ketahanan pangan. 

Praktek pengukuran dan pencatatan debit

Pemberdayaan dan Fasilitasi PTGA BWS Kepulauan Riau

Pelatihan Saturday, 21 October 2023

Balai Wilayah Sungai Sumatera IV Batam (BWS S4 Batam) mengadakan Pemberdayaan dan Fasilitasi Kelembagaan Pengembangan Tata Guna Air (PTGA) Wilayah Sungai Kepulauan Riau pada tanggal 16-18 Oktober 2023. Pemberdayaan diikuti oleh petugas Operasi dan Pemeliharaan (OP) dan Perkumpulan Petani pemakai Air (P3A) dari kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Acara ini bertujuan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan lembaga pada pengelolaan sumber daya air.
Pada kesempatan ini, Dr. Murtiningrum, dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian UGM menyampaikan materi tentang teknologi tepat guna terkait irigasi dan kelembagaan dan administrasi P3A.

Pemaparan materi pemberdayaan
Peserta Pemberdayaan

Pengamatan Hujan Efektif untuk Mendukung Modernisasi Irigasi

Modernisasi IrigasiPenelitianUncategorized Friday, 22 September 2023

Latar Belakang
Salah satu aspek dalam modernisasi irigasi adalah real time, real allocation dan real losses dalam pemberian air irigasi. Salah satu komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian air secara real time adalah hujan efektif harian yang spesifik lokasi.

Dasar Teori
Dalam konteks pertanian, hujan yang jatuh ke bumi bisa jatuh ke permukaan tanah atau ke permukaan tanaman. Jalur air hujan yang jatuh ke bumi bisa dilihat pada gambar berikut.

Jalur air hujan

Istilah hujan efektif sering memiliki dipahami dengan cara yang berbeda-beda. Dalam konteks irigasi ini, hujan efektif yang dimaksud ialah jumlah hujan yang dapat ditampung oleh tanah di area perakaran dan dapat dimanfaatkan oleh pertumbuhan tanaman. Untuk padi hujan efektif, termasuk hujan yang tertampung di sawah (dalam pematang). Jumlah hujan yang hilang akibat perkolasi yang lebih dalam (menuju lapisan air tanah) dan limpasan permukaan dianggap sebagai hujan tidak efektif (ineffective rainfall). Dengan melihat Gambar jalur air hujan, maka komponen penyusun hujan efektif terdiri dari intersepsi, air yang dimanfaatkan oleh tanaman, dan evaporasi dari permukaan tanah. Bagian hujan yang tertahan di tanah dalam bentuk lengas tanah dan genangan pada budidaya padi nantinya akan dikonsumsi oleh tanaman menjadi bagian hujan efektif. 

Dengan melihat gambar berikut maka dapat disusun komponen penyusun hujan efektif sebagaimana pada persamaan (1) dan (2) (satuan dalam tebal air).

Konseptualisasi Neraca Air Lahan untuk Perhitungan Hujan Efektif

Uraian output dan input dari Persamaan (2) berdasarkan di atas ditunjukkan pada Persamaan (3). Komponen input ke lahan terdiri dari hujan, aliran masuk horisontal di permukaan tanah, dan aliran masuk horisontal di zona perakaran. Komponen output terdiri dari evapotranspirasi, perkolasi aliran keluar horisontal di permukaan tanah, dan aliran keluar horisontal di zona perakaran. Perubahan simpanan merupakan perubahan jumlah air yang tersimpan di tanah.

Asumsi: 

  • Di lahan sawah  terdapat pematang di lahan, air  bisa masuk dan keluar melalui takikan di pematang tempat tertentu sehingga bisa diukur air yang masuk (SRi) dan keluar (SRo) lewat permukaan lahan. Air masuk di permukaan tanah (SRi) adalah air irigasi (I) dan air keluar di permukaan tanah (SRo) adalah drainase lahan (D) yang diukur dengan ambang tajam V-notch yang dipasang di takikan.
  • Di zona perakaran, diasumsikan aliran yang terjadi ke semua arah sama besar sehingga SSi dan SSo saling meniadakan.

Dengan asumsi tersebut, persamaan (3) berubah menjadi persamaan (4). Penggabungan persamaan (1) dan (4) untuk menghitung hujan efektif menghasilkan persamaan (5) untuk mengukur hujan efektif di plot pengukuran. 

 

Plot Pengukuran

Dalam pengamatan hujan efektif, batas sistem yang diamati adalah satu plot pengukuran  yang merupakan petak sawah yang ditanami padi. Plot pengukuran mempunyai satu inlet dan satu outlet yang dipasangi sekat Thompson dan di dalamnya dipasang AWS dan double ring infiltrometer. 

Skema Pemasangan Alat pada Demplot

Komponen Pengamatan

Komponen pengamatan hujan efektif, untuk dianalisis dengan persamaan (4) adalah:

  1. Hujan
  2. Irigasi
  3. Limpasan Permukaan
  4. Deep Percolation (Perkolasi)
  5. Evapotranspirasi

Alat yang dipakai

1. Sekat Thompson V Notch 90°
2. Rain Gauge
3. Double Ring Infiltrometer
4. Automatic Water Level Monitoring System (AWLMS). 

Sebagian Instrumentasi di Demplot Re

Analisis Data

Hujan efektif dihitung dari seluruh komponen yang diamati untuk setiap kejadian hujan selamat periode pengamatan dengan Persamaan (5). Hujan efektif adalah bagian dari hujan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Selanjutnya dibuat grafik hubungan R dengan Re dan disusun regresi linier hubungan R dengan Re seperti pada persamaan (6).

Persamaan-persamaan pada perhitungan hujan efektif

Lokasi Pengamatan Hujan Efektif

Pengamatan hujan efektif telah dilakukukan di tiga Daerah Irigasi yaitu DI Bedegolan, DI Mrican, dan DI Way Sekampung. DI Bedegolan merupakan bagian dari Sistem Wadaslintang yang memperoleh air dari Waduk Wadaslintang. Pada masing-masing DI dibuat demplot pengamatan dengan rincian sebagai berikut: 

Deskripsi Demplot Pengamatan Hujan Efektif

Hasil 

Hasil pengamatan hujan efektif di masing-masing lokasi menghasilkan persamaan hubungan hujan (Re) dan hujan efektif (Re) yang bervariasi.

Persamaan Hujan Efektif

Metode Pengukuran Debit Saluran Terbuka

AkademikPelatihanVideo Thursday, 8 June 2023

[Video] Pengukuran Debit Saluran Terbuka.

Video pembelajaran sebagai bagian dari mata kuliah Azas Teknik Irigasi pada bagian dari praktikum pengukuran debit di saluran terbuka. Video ini berisi konsep dan pelaksanaan pengukuran debit di saluran terbuka. Uraian disampaikan oleh dosen pengampu mata kuliah Azas Teknik Irigasi, Dr. Murtiningrum. Video ini dibiayai oleh Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Program Studi Teknik Pertanian dan diunggah di channel youtube Teknik Pertanian & Biosistem UGM.

(more…)

Modernisasi Irigasi di Indonesia Apakah Dampaknya sudah Efektif?

Modernisasi IrigasiVideo Monday, 8 May 2023

[Video] Modernisasi Irigasi di Indonesia: Apakah Dampaknya sudah Efektif?.
Video talkshow tentang modernisasi irigasi dengan narasumber Prof. Dr. Ir. Sigit Supadmo Arif, M.Eng. dan pembawa acara Dr. Murtiningrum STP., M.Eng. Talkshow ini diselenggarakan oleh Pusat Inovasi dan Kajian Akademik (PIKA) dan diunggah pada youtube UGM Channel 

(more…)

Optimalisasi Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi dalam Upaya Menunjang Ketahanan Pangan

Pemerintah Thursday, 23 February 2023

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) DIY No. 7/2022 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi. Dalam rangka penegakan Perda tersebut, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) menyelenggarakan Sosialisasi Penegakan Perda DIY No 7/2022. Acara diselenggarakan pada pada hari Kamis 16 Februari 2023 di Hotel LPP Convention. Pada acara tersebut, dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, FTP UGM bertidak sebagai salah satu nara sumber dengan menyampaikan paparan berjudul “Optimalisasi Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi dalam Upaya Menunjang Ketahanan Pangan”.

(more…)

Smart Device Peralatan Pendukung Implementasi Irigasi Nasional

Modernisasi IrigasiVideo Thursday, 19 January 2023

[Video] Smart Device: Peralatan Pendukung Implementasi Irigasi Nasional.
Video dokumenter yang menggambarkan implementasi smart device pada modernisasi irigasi di Indonesia untuk meningkatkan layanan irigasi. Pada video ini terdapat ilustrasi konflik yang disebabkan oleh air irigasi, pernyataan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pemeliharaan Jaringan Irigasi (PJI) Bedegolan, pernyataan ahli modernisasi irigasi, serta uraian setiap instrumen cerdas yang dikembangkan. Video ditutup dengan ilustrasi pemantauan smart device oleh petugas dan petani. Video ini ditayangkan pada upacara Dies Natalis ke-73 Universitas Gadjah Mada 19 Desember 2022.

(more…)

Indonesia Rice Irrigation System Time for Innovation

Artikel Ilmiah Monday, 19 December 2022

[Paper] Indonesia Rice Irrigation System: Time for Innovation

Author: Rose Tirtalistyani, Murtiningrum Murtiningrum, and Rameshwar S. Kanwar

Abstract: Indonesia is likely to face a water crisis due to mismanagement of water resources, inefficient water systems, and weak institutions and regulatory organizations. In 2020, most of the fresh water in Indonesia was used for irrigation (74%) to support the agricultural sector, which occupies 30% of the total land area in Indonesia. Of all agricultural commodities, rice is one of the major and essential commodities, as it is the basic staple food for almost every Indonesian. However, in 2018, the Ministry of Public Works and Housing (MoPWH) reported that 46% of Indonesian irrigation infrastructure is moderately to heavily damaged. Looking at how irrigation can be very crucial to the welfare of Indonesian population, this study conducted an extensive literature review of the historical, current, and future management of irrigated rice production systems in Indonesia. This study has clearly shown that the irrigation systems in Indonesia have existed for thousands of years and, thus, there is a close relationship between irrigation and the socio-cultural life of the Indonesian population. Aside from how climate change influences water availability for irrigation, rice production with a constant water ponding system has been found to contribute to climate change, as it emits methane (CH4) and other greenhouse gases from agricultural fields of Indonesia. Therefore, the required modernization of irrigation systems in Indonesia needs to consider several factors, such as food demands for the increasing population and the impact of irrigated agriculture on global warming. Multi-stakeholders, such as the government, farmers, water user associations (WUA), and local research institutions, need to work together on the modernization of irrigation systems in Indonesia to meet the increasing food demands of the growing population and to minimize the impacts of agriculture on climate change.

Keywords: Indonesian irrigation systems; rice production; food security; greenhouse gas emissions

Link jurnal “Sustainability”

Download paper

Mathematical Modeling-Based Management of a Sand Trap throughout Operational and Maintenance Periods

Artikel Ilmiah Monday, 19 December 2022

[Paper] Mathematical Modeling-Based Management of a Sand Trap throughout Operational and Maintenance Periods (Case Study: Pengasih Irrigation Network, Indonesia)

Author: by Ansita Gupitakingkin Pradipta, Ho Huu Loc, Sigit Nurhady, Murtiningrum, S. Mohanasundaram, Edward Park, Sangam Shrestha, and Sigit Supadmo Arif.

Abstract: Surface irrigation networks in Indonesia are damaged by several factors, and sedimentation is among the most severe challenges. Sand traps play a substantial role in improving irrigation system efficiency by reducing sedimentation. There are two periods in sand trap operation: the operational and maintenance periods. Pengasih is one of the irrigation schemes implemented in the Progo Opak Serang (POS) River Basin, which has a high level of erosion. This study aimed to propose an appropriate management strategy for the Pengasih sand trap as the first barrier in irrigation network sedimentation based on mathematical modeling. The HEC-RAS simulation software was used to simulate the sand trap hydraulic behaviour. The results show that the validated Manning’s coefficient was 0.025. The optimal transport parameters were Laursen for the potential function, Exner 5 for the sorting method, and Rubey for the fall velocity method. The recommended flushing timeframe is 315 min, with a discharge of 2 m3/s. We suggest that the sand trap flushing frequency be performed twice a year, and it can be performed at the end of March and October. This coincides with the end of the first and third planting seasons of the irrigation scheme.

Keywords: irrigation; sedimentation; sand trap; operational; flushing; modeling; HEC-RAS

 

Link jurnal “Water”

Download paper

1234

Komentar Terbaru

  • Ali bosur on Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Universitas Gadjah Mada

Menara Ilmu Manajemen Irigasi

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN & BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Jln. Flora 1. Bulaksumur 55281 Yogyakarta Indonesia
  irigasi.tp@ugm.ac.id
  +62-274-563-542
  +62-274-563-542

© Universitas Gadjah Mada 2017

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY