Kamis, 20 Mei 2021 diselenggarakan Sidang ke-2 Komisi Irigasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tahun Anggaran 2021. Acara ini terselenggara secara daring dengan platform Zoom Meeting. Hadir dalam sidang ini adalah anggota komisi irigasi DIY yang berasal dari unsur pemerintah yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas PUP-ESDM bidang Sumber Daya Air dan Drainase, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP), dan petugas operasi dan pemeliharaan (OP) irigasi serta anggota dari unsur non-pemerintah yaitu petani perwakilan wilayah irigasi DIY.
Uncategorized
Gerakan Irigasi Bersih (GIB) Merti Tirta Amartani dicanangkan pada tanggal 26 Maret 2013 di Bendung Tegal, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul sebagai respon terhadap kondisi jaringan irigasi yang terancam oleh limbah baik padat maupun cair di jaringan irigasi. Setelah 8 tahun, GIB telah melaksanakan berbagai kegiatan baik pembersihan jaringan irigasi bekerjasama dengan berbagai fihak, maupun kegiatan yang bersifat edukasi untuk anak-anak maupun pelatihan-pelatihan manajemen sampah.
Salah satu komponen dalam penilaian IKMI adalah kesiapan P3A menghadapi modernisasi irigasi. Hasil penilaian tersebut berupa kondisi pilar-pilar irigasi pada setiap P3A. Tujuan penelitian ini adalah mengelompokkan P3A dengan kondisi yang mirip menggunakan analisis FCM. Tujuan pengelompokkan adalah untuk memudahkan identifikasi serta pemetaan kondisi pilar-pilar irigasi pada P3A menurut hasil penilaian IKMI. FCM merupakan cara pengelompokkan data dengan membentuk beberapa klaster yang keanggotaan setiap data didasarkan pada nilai matriks partisi akhir terbesar. P3A dikelompokkan berdasarkan pilar ketersediaan air, pengelolaan irigasi, institusi, serta sumber daya manusia. Hasil pengelompokkan dipetakan berdasarkan informasi lokasi data serta diidentifikasi menurut nilai centroid akhir masing-masing kategori. Dari hasil analisis, diketahui bahwa pengelompokkan 5 klaster memiliki hasil yang paling akurat dibandingkan pengelompokkan lainnya sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan kesiapan P3A menghadapi modernisasi irigasi. Kemudian, hasil identifikasi memperlihatkan bahwa sebagian besar P3A di DI Serayu belum cukup siap untuk modernisasi irigasi dan perlu perbaikan untuk pilar-pilar tertentu pada masing-masing klaster yang berbeda dengan klaster lainnya.
Jaringan irigasi tersier ( JIT ) berfungsi mengalirkan air dari jaringan irigasi sekunder menuju petak-petak sawah. Infrastruktur merupakan salah satu faktor penting dalam proses usahatani. Petani tergabung dalam perkumpulan petani pengguna air (P3A). Pada penelitian ini dilaksanakan analisis kinerja irigasi daerah irigasi kewenangan DIY berdasarkan kondisi infrastruktur dan kemampuan organisasi mengatasi masalah. Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Bantul, Kulon Progo, Sleman dan Gunungkidul. Kondisi infrastruktur dinilai melalui penelusuran jaringan irigasi tersier yang terdiri atas saluran permanen, saluran tanah, bangunan pelengkap dan bangunan lain-lain dengan skor 1-4. Hasil Skor tersebut selanjutnya diberi bobot saluran permanen 35%, saluran tahan 35%, bangunan pengatur 25% dan bangunan lain-lain 5%. Kemampuan organisasi mengatasi masalah berdasarkan 9 aspek pemecahan masalah oleh P3A. Penilaian 9 aspek tersebut di diberi dikategorikan menjadi 4 pembobotan dengan nilai 0 – 2. Kinerja irigasi berdasarkann kondisi infrastruktur dan kemampuan organisasi memgatasi masalah selanjutnya dianalisi menggunakan diagram Cartesius. Dari 86 P3A, terbagi menjadi kuadran I dan IV, kuadran I terdapat 32 P3A yang memiliki kondisi Infrastruktur kategori rusak ringan, 35 P3A kategori baik dan kemampuan organisasi mengatasi masalah terdapat 1 P3A dalam kategori baik, dan 66 P3A dalam kategori sangat baik. Kuadran IV terdapat 17 P3A yang memiliki kondisi Infrastruktur rusak sedang, 2 P3A kategori rusak berat dan kemampuan organisasi mengatasi masalah terdapat 1 P3A dalam kategori baik dan 5 P3A dalam kategori sangat baik