Pengetahuan dalam bidang irigasi khususnya dalam operasi dan pemeliharaan sudah diatur secara rigid dalam Peraturan Menteri PUPR No. 12/PRT/M/2015 dan digunakan sebagai acuan dalam operasi dan pemeliharaan irigasi. Dalam penerapannya, pengetahuan dalam implementasi di lapangan melibatkan pengetahuan yang tertulis (eksplisit) dan juga pengetahuan yang tidak tertulis (tacit). Pengetahuan tacit dan eksplisit melekat pada individu pelaku manajemen OP irigasi. Pengetahuan eksplisit, dalam wujud tertulis, lebih mudah untuk dibagi kepada individu lain, dibandingkan dengan pengetahuan tacit yang berupa ingatan tidak tertulis. Upaya untuk mengelola pengetahuan manajemen OP irigasi agar dapat berkelanjutan untuk masa depan perlu mempertimbangkan baik tacit maupun eksplisit.
Manajemen pengetahuan dipandang penting dalam pengelolaan irigasi sebagai bagian dari pengembangan sumberdaya manusia pengelola irigasi. Pembangunan infrastruktur harus selalu seiring dengan pembangunan manusia karena manusia adalah pengguna sekaligus pengelola sistem irigasi. Penelitian tentang manajemen pengetahuan dilakukan di Daerah Irigasi (DI) Lodoyo yang mengairi lahan yang berlokasi di Kabupaten Tulungagung dan Blitar, Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan antara yang dimiliki pengelola irigasi dengan aturan serta menyusun strategi untuk mengurangi ksenjangan tersebut.
Analisis Likert terhadap hasil wawancara pada petani pengurus Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) menunjukkan bahwa tingkat kepentingan pengetahuan tahapan operasi dan pemeliharaan berkisar antara penting dan sangat penting. Tingkat pemahaman terhadap tahapan operasi dan pemeliharaan, pengurus HIPPA berkisar antara kurang paham sampai paham. Meskipun demikian, kesenjangan tingkat kepentingan dan pemahaman tidak terlalu besar.
Kesenjangan pengetahuan sebagian besar timbul karena kurang atau tidak adanya catatan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan. Tahapan-tahapan operasi dan pemeliharaan di tingkat HIPPA dilaksanakan berdasarkan pengetahuan tacit petani yang telah terasah dalam waktu yang panjang. Kelemahan pengetahuan tacit tersebut adalah tidak mudah untuk ditransfer sehingga kesenjangan pengetahuan harus dikurangi. Kesenjangan pengetahuan perlu dikurangi dengan berbagai cara untuk mendokumentasikan pengetahuan seperti penulisan buku, pembuatan repository, sampai dengan otomasi pengumpulan data dan pengambilan keputusan.
Kontributor: Murtiningrum
Peneliti: Sigit Supadmo Arif, Murtiningrum, Andri Prima Nugroho