Latar Belakang
Debit diartikan sebagai volume air yang melewati suatu penampang tiap satuan waktu. Pengukuran debit merupakan kegiatan yang penting dalam operasi irigasi karena debit menunjukkan kinerja pengelolaan irigasi seperti kecukupan, kemerataan, ketepatan waktu, dan sebagainya.
Di jaringan irigasi dengan saluran terbuka, pengukuran debit biasanya dilakukan dengan bangunan ukur. Bangunan ukur adalah bentuk bangunan tertentu di saluran terbuka untuk membuat aliran kritis sehingga setiap pembacaan tinggi muka air berkorelasi dengan debit tertentu. Bangunan ukur memudahkan petugas operasi irigasi untuk mengukur debit hanya dengan melihat tinggi muka air di papan ukur muka air dan mencocokkan pada tabel debit.
Bangunan ukur debit memegang peranan penting dalam operasi sehingga harus selalu dalam kondisi baik sehingga dapat menjalankan fungsi hidrolik dengan baik. Untuk mengetahui kinerja bangunan ukur, maka perlu dilakukan kalibrasi bangunan ukur yaitu membandingkan hasil pengukuran bangunan ukur dengan hasil pengukuran metode lain.
Daerah Irigasi (DI) Pijenan Kamijoro (2310 ha) merupaka DI kewenangan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang secara administratif berada di Kabupaten Bantul. DI PIjenan meniri sawah di 4 kecamatan yaitu Kecamatan Pandak, Sanden, Kretek, dan Srandakan.
Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah:
- Mengukur debit DI PIjenan dengan bangunan ukur dan dengan current meter
- Mengkalibrasi bangunan ukur DI Pijenan.
Bangunan ukur yang dikalibrasi dibatasi pada bangunan ukur di Saluran Sekunder Pijenan Kiri, Buyutan, Pucanganom.
Metode
Kalibrasi dilakukan di 3 saluran sekunder DI Pijenan Kamijoro yaitu Saluran Sekunder Pijenan Kiri, Buyutan, Pucanganom pada bukan Februari dan Maret 2018.
Cara pengambilan data dan analisis:
- Pengukuran debit dengan flume, yaitu dengan membaca papan ukur muka air dan mencocokkan debit pada tabel debit
- Pengukuran debit dengan current meter Digitizer Rickly Aqua tipe AA. Debit diukur di hilir bangunan ukur sebelum ada bangunan lain. Penampang saluran diukur. Untuk saluran dengan kedalaman sampai dengan 60 cm, current meter dipasang pada 0,6 x kedalaman. saluran dengan kedalaman 60 – 100 cm, current meter dipasang pada 0,2 x kedalaman dan 0,8 x kedalaman.
Hasil
Hasil pengukuran debit dengan current meter untuk ketiga bangunan ukur ditunjukkan pada gambar berikut.
Dari ketiga rating curve yang dibentuk dari currentmeter persamaan debit yang terbentuk tidak sesuai dengan persamaan debit yang digunakan pada tabel debit yang dimiliki petugas OP. Berikut tabel perbandingan persamaan debit yang ada di tabel debit milik petugas dengan persamaan debit yang dibentuk dari pengukuran currentmeter.
Dengan persamaan tersebut debit dihitung dan dibandingkan pada grafik x-y berikut.
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
- Flume di Saluran Sekunder Pijenan Kiri cenderung overestimate. Pengukuran debit yang terbaca cenderung lebih besar daripada debit sesungguhnya. Kesalahan pengukuran berkisar 20%-25%.
- Flume di Saluran Sekunder Buyutan cenderung overestimate. Pengukuran debit yang terbaca melebihi debit yang sesungguhnya. Kesalahan pengukuran berkisar 10%-15%.
- Flume di Saluran Sekunder Pucangaanom tepat mengukur debit pada kisaran 200-300 l/detik. Pada pengukuran debit kurang dari 200 l/detik debit terukur cenderung lebih besar sedangkan pada debit lebih dari 300 l/detik debit terukur cenderung lebih rendah.
Ketidaktepatan pengukuran debit terjadi karena adanya sedimen dan sampah yang berada di sekitar bagian utama bangunan ukur. Disarankan untuk memelihara kebersihan bangunan ukur agar memberikan pengukuran yang lebih tepat.
Ucapan Terimakasih
1. Balai Pengelolaan Sumberdaya Air (BPSDA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) (2018)
2. Petugas OP DI Pijenan Kamijoro
Pengumpulan dan analisis data: Gregorius Gemong RL dan Ruandano Lazuandri N
Supervisi: Murtiningrum dan Ansita Gupitakingkin Pradipta